Patologi Kulit (Integumentum)
Anatomi dan Fungsi Kulit
Kulit merupakan
organ tubuh terbesar. Secara anatomi, kulit dilengkapi dengan struktur-struktur
tambahan seperti rambut, kuku, kelenjar-kelenjar dan reseptor-reseptor saraf
dengan fungsi khusus.
Dari luar ke dalam,
kulit dapat dibagi menjadi: epidermis, dermis dan lapisan subkutan. Epidermis
merupakan bagian kulit yang tidak mengandung pembuluh darah, terbagi atas
stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan
stratum basale.
Lapisan dermis
biasanya disebut juga sebagai kulit sejati, terutama terdiri atas kolagen dan
serabut reticular. Dermis mempunyai dua lapisan, yaitu stratum papilare dan
stratum retikulare. Lapisan subkutan atau hypodermis terdiri dari jaringan ikat
longgar seperti lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, pangkal folikel rambut
dan kelenjar keringat.
Secara umum,
kulit berfungsi untuk melindungi struktur-struktur yang berada di dalam tubuh,
mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit, pengaturan suhu tubuh,
ekskresi cairan, pertahanan terhadap sinar ultraviolet dan produksi vitamin D.
Kelainan pada adhesi sel epidermis
Edema
dapat
terjadi intraselular atau interselular. Edema interselular disebut spongiosis
karena ruang antar meluas karena ada cairan, epidermis, membentuk “spongy”
sering terjadi pada inflmasi dermatosis. Edema intraseluar disebut hidropis (degenerasi hidropis
terjadi akibat lupus eritematosus (LE), dermatomiositis, dan erupsi obat),
vakuolar, degenerasi balon (balloning
degeneration) yang
membentuk edema intrasel yang menyebabkan sel membengkak sehingga batas antar
sel hilang (penyakit viral seperti pada Poxvirus) yang menyebabkan sel bengkak
dan kalau parah sel akan pecah membentuk mikrovesikular terkurung oleh dinding
sel yang pecah. Kerusakan epidermis
yang demikian disebut degenerasi retikular. Edema intraselular yang terbatas
hanya pada lapisan basal disebut degenerasi vakuolar atau hidropis dan dapat menyebabkan pembentukan
vesikula intrabasilar.
Akantolisis merupakan
hilangnya kohesi diantara sel epidermis terjadi akibat adanya antibodi yang
terbentuk antiprotein dari desmosom (pemfigus foliaseus, pemfigus vugaris),
terjadi juga akibat sekunder dari kerusakan keratinosit pada penyakit viral dan
penyakit pustural epidermal. Secara mikroskopis tergantung pada lokasi
akantolisis. Pada pemfigus foliaseus akantolisis terjadi pada superficial
epidermis terjadi akibat pembentukan keratinosit
yang mengapung bebas didalam vesikula epidermal superfisial dan pustula. Pada
pemfigus vulgaris, akantolisis terjadi pada epidermis langsung diatas lamina
basalis akibat pemisahan dari epidermis bagian atas dan lapisan basal. Cairan
berkumpul di antara lapisan yang terpisah yang membentuk vesikula.
Vesikular = bisul (bliester), bullae merupakan ruang
berisi cairan, diameter 5 mm atau lebih kecil dari 5 mm terjadi pada lapisan
epidermis atau bawahnya. Vesikula dapat terjadi bersama akantolisis, edema dermis atau epidermis, degenerasi sel
basal, atau pada kasus lain seperti trauma pecah dan terbakar. Yang menyebabkan
hilag kohesi antara sel epidermal dan dermal. Vesikula intraepidermal ( infeksi
viral), vesikula suprabasila (pemfigus vulgaris), vesikula intrabasilar (LE),
vesikula subepidermal ( bullous pemphigoid).
Lesi inflamasi epidermis (eksositosis, pustula, keropeng
(crusts))
Eksositosis merupakan migrasi eritrosit atau leukosit ke dalam
epidermis. Eksositosis leukosit sering terjadi pada inflamasi dan biasanya
diikuti oleh spongiosis (udema interselular). Eksositosis eritrosit disertai
dengan trauma, gangguan sirkulasi seperti vasolidasi arah dan vaskulitis.
Pustula (mikroabses) adalah vesikula berisi sel inflamasi dengan tipe bervariasi
dan lokasinya didalam epidemis. Pustula infeksi bakterial superfisial pada
umumnya mengandung neutrofil berdegenerasi dan bakteri cocoid dan sering
terdapat dibawah stratum korneum. Pada kasus hipersensitivitas ekstoparasit,
pamfigus foliaseus, plug eosinofilk kucig, pustula sering berisi eosinofil.
Pustula pemfigus foliaseus terdapat subkorneal dan mengandung sel akantolitik.
Vesikula mengandung lmfosit neoplastik ditekan pada limfoma epidermotropik.
Crust
(keropeng) berupa eksudat kering pada
permukaan epidermis menunjukkan adanya proses eksudatif sebelumnya. Crust bukan
diagnostik spesifik tetapi dapat menjadi pegagan dalam diagnosa beberapap
penyakit. Sebagai contoh dermatofilosis, sangat khas dengan pembentukan keropeg
kulit berlapis banyak dan mengandung organisme gram positif berbentuk cocoid
dan bercabang adalah dermatophilus congolensis. Demikian juga keropeng pustula
pada fempigus foliaseus berlapis bayak sering mengandung sel akantolitik.
Keropeng juga mengandung batang rambut yang terinfeksi spora dan hifa
dermatofit.
DERMIS
Kelainan pada
pertumbuhan atau perkembangan
Atrofi merupakan penurunan jumlah serabut kolagen dan fibroblast yang menyebabkan
penurunan ketebalan dermis. Penyebab utama atrofi adalah penyakit katabolik
disertai degradasi protein seperti hiperadrenokortisisme pada anjing dan
kucing. Pada kucing yang mengalami hiperadrenokortisisme, kolagen hilang
sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan akan pecah hanya dengan dipegang saja.
Fibroblaplasia
merupakan peningkatan jumlah kolagen timbul akibat berbagai cedera terutama ulserasi. Terjadi peningkatan jumlah fibroblast dan
pembentukan serabut kolagen baru pada jaringan granulasi searah degan permukaan kulit.
Fibrosis menunjukkan terjadi deposisi dan maturasi kolagen secara lambat untuk
membentuk parut (scar).
Displasia
kolagen merupakan abnormalitas kolagen turunan mengakibatkan penurunan daya
rentang dan meningkatkan peguluran. Kulit akan pecah dengan sedikit benturan
dan penyembuhan dengan pembentukan parut. Gambaran mikroskopis bervariasi pada kelainan
displasia kolagen, kadangkala kulit tidak menunjukkan kelainan mikroskopis.
Bekas kolagen bervariasi ukuran dan bentuk yang terdiri dari serabut kusut
dengan pola susunan tidak normal.
Elastosis
solar merupakan
kulit terpapar kronis terhadap
sinar UV dari cahaya matahari. Pada manusia jaringan elastis yang rusak merupakan
komponen utama dari material elastosis. Secara kimia jaringan elastis yang
rusak itu normal tetapi struktur yang tidak normal dan perubahan bentuk baru terjadi sebagai
akibat kelainan fungsi fibroblas daripada bentuk akibat perubahan bersifat
degeneratif. Secara normal serabut elastis dan serabut kolagen bersifat
eosinofilik pada pewarnaan sediaan dengan H.E. elastosis sinar sangat menonjol
pada kuda menunjukkan banyak sekali jmlah sserabut basofilik berpintal pada
lapisan dermis yang kena cahaya matahari.
Kelainan
dermis bersifat degeneratif
Degeneratif kolagen yang ditandai dengan meningkatnya
granularitas dan intensitas warna, terjadi kelainan disertai dengan infiltrasi
eosinofil (diikuti oleh degranulasi eosinofil) sebagai contoh akibat gigitan
serangga, tumor sel mass dan granuloma eosiofilik (grabuloma kolagenolitik).
Lisis kolagen merupakan pemecahan
serabut kolagen terjadi akibat iskemik dan infeksi mikrobial dan parasitik.
Kelainan
ditandai dengan deposit pada dermis
Amilois merupakan protein yang tertimbun di lapisan dermis baik
diketahui sebabnya secara primer atau sekunder akibat infeksi kronis, kerusakan jaringan atau
neoplasma sel plasma. Secara mikroskopis, amiloid terdiri dari material
eosinofilik yang tidak berbentuj (amorfus).
Musin (mucin) merupakan komponen
normal substansi dasar dermis terdiri dari protein mengikat asam hialuronat dan
dapat tertimbun meningkat jumlahnya di daerah tertentu atau difusa. Karena asam
tersebut mengikat banyak air, maka kulit pada kasus musinosis kelihatan menebal
seperti gembung. Pada kasus musinosis berat kulit mengeluarkan musin bila
ditusuk jarum. Pada sediaan histologi, banyak air menghilang dan musin tampak seperti granula amfofilik
atau serabut yang menggantikan kolagen kulit. Contoh kelainan dengan deposisi
musin termasuk miksdema hipotiroidismus dan musinosis pada anjing Chinese Shar
Pei.
Kalsium. Timbunan kalsium pada lapisan
dermis efek sekunder dari kelainan kolagen kulit (kalsifikasi distrofi) terjadi
berkaitan dengan kelainan metabolisme kalsium, fosfor dan vitamin D
(metastasis) atau tidak diketahui sebabnya (idiopatik). Kalsifikasi dapat
berkembang pada individu atau kelompok serabut mengakibatkan makin basofilia
pada pewarnaan dan fregmentasi serabut selama pemotongan. Kalsium dapat juga
tertimbun sebagai agregat nodular amorf.
Timbunan kalsium mungkin juga berkaitan dengan respon inflamasi granulomatousa.
Dermatitis
Inflamasi pada dermis diikuti oleh serangkaian perubahan
seperti pada organ lain termasuk hiperemia, oedema, marginasi dan imigrasi
leukosit. Respon yang terjadi sama terhadap beberapa stimuli. Namun demikian,
lokasi dan populasi leukosit dapat bervariasi tergantung pada sitokin, molekul
adhesi dan mediator lain. Jadi perbedaan patron infiltrasi sel yang diamati
seperti perivaskular, lisenoid, nodular atau difusa. Tipe sel di dalam kumpulan
sel radang juga bervariasi. Perivaskular dan dermatitis eosinofilik diduga
akibat hipersensitivitas; lisenoid dan dermatitis limfositik diduga akibat LE;
dermatitis nodular dan granulomatousa mungkin akibat infeksi bakteri tahan asam
dan jamur. Jadi pola/patron inflamasi dan komposisi selular yang masuk
(infiltrat) sangat bermakna dalam diagnoss mikroskopis.
PENYAKIT KULIT
Berdasarkan penyebabnya,
penyakit kulit dibagi menjadi radang, infeksi, akibat lingkungan, gangguan
sistemik dan idiopatik/tumor.
Radang
Penyakit kulit
akibat radang dibedakan menjadi akut dan kronik. Secara umum, penyakit radang
kulit akut berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.
Sedangkan yang kronik, berlangsung dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Radang akut
Contoh radang
akut yang sering dijumpai seperti: urtikaria, dermatitis eksem akut dan eritema
multiforme. Gambaran klinik radang akut adalah eritema, edema, vesikel dan
eksudasi.
Urtikaria
Sering dijumpai
dan ditandai dengan degranulasi sel mast lolal dan hipermeabilitas lapaisan
dermis, yang menimbulkan rasa gatal dan panas pada pasien. Peningkatan
permeabilitas ini akibat berbagai rangsangan seperti alergi makanan,
obat-obatan, toksin dalam darah, gangguan emosi dan gannguan hormonal. Ukuran
jejas berkisar dari papula hingga plakat besar dengan predileksi tengkuk,
ekstremitas distal dan telinga. Urtikaria ada yang bersifat akut maupun kronik.
Keduanya mempunyai gambaran yang sama tetapi berbeda dalam hal waktu
berlangsungnya. Urtikaria kronik bias berlangsung selama beberapa hari hingga
minggu.
Dermatitis eksem akut
Contoh yang
paling jelas ialah reaksi kontak akut terhadap racun tumbuhan ivy yang
ditandai dengan plakat edema, sering disertai vesikel atau bula dan akan
menjadi hiperkeratotik bila epidermis menebal.
Eritema multiforme
Penyakit kulit
ini jarang ditemukan dan bersifat sembuh sendiri. Terjadi akibat infeksi,
obat-obatan, proses keganasan dan penyakit kolagen. Sesuai dengan namanya,
morfologis kelainan kulit yang dijumpai bias berupa macula, papula, vesikel dan
bula.
Radang kronik
Secara garis
besar radag kronik digolongkan menjadi dermatitis kronik, pr\soriasis dan liken
planus.
Dermatitis kronik
Dermatitis kronik
atau eksem dapat terjadi akibat factor-faktor penyebab dari luar tubuh, tetapi
dapat juga terjadi karena adanya penyakit, reaksi hipersensitivitas atau
idiopatik. Kelainan yang disebabkan oleh sebab luar atau eksem dibagi menjadi
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Gangguan iritan biasanya
disebabkan oleh bahan yang menempel pada kulit yang bersifat iritatif. Zat
iritan bias bersifat kuat seperti H2SO4 dan KOH, bias
lemah sperti deterjen dan sabun.
Dermatitis
kronik endogen meliputi dermatitis
atopic, dermatitis seboroik dan dermatitis kronik asteatotik. Dermatitis atopic
merupakan kelainan kulit yang dikaitkandengan reaksi IgE terhadap makanan dan
zat allergen lingkungan. Disini IgE dianggap sebagai antibody, dengan tipe
alergi lambat. Zat-zat yang bersifat sebagai antigen antaranya ialah inhalan
(debu rumah, bulu hewan) dan makanan (usus, telur dan ikan).
Dermatitis atopik
mudah mengalami infeksi sekunder, sehingga dermatitis ini merupakan
kontraindikasi untuk vaksinasi. Penderita perlu menghindari kontak dengan orang
yang baru divaksinasi, karena pasien mudah diserang infeksi misalnya herpes
simpleks.
Dermatitis
seboroik didefinisikan sebagai suatu peradangan kulit yang biasanya mengenai
daerah seboroik dan disebabkan oleh aktivitas berlebihan kelenjar sebasea. Dermatitis
seboroik ditandai dengan ketombe yang berlebihan, warna merah, bersisik dan
rasa gatal pada kulit dada yang berambut dan lipat kulit pada orang dewasa.
Psoriasis
Psoriasis adalah
penyakit kronik tanpa sebab ditandai dengan munculnya eritem berulang yang
berwarna keperak-perakan. Gambaran klinik yang khas pada psoriasis ialah macula
eritematosa yang berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan squama tebal di
atasnya. Kelainan yang kulit tampak pada psoriasis ialah papula-paula berwarna
mutiara yang sering terdapat pada siku, lutut dan kulit kepala.
Liken planus
Pasien liken
planus akan merasa sangat gatal. Gangguan kulit ditandai dengan papula merah
pada permukaan fleksor anggotan badan, organ kelamin dan membrane mukosa.
Terjadi kerusakan lapisan basal. Pemeriksaan histologik memperlihatkan jejas
berisi infiltrate limfosit T pada dermis bagian atas yang menginvasi epidermis.
Infiltrasi inilah yang menyebabkan rusaknya lapisan basal tersebut.
Lupus eritematosus
Penyakit ini
bersifat multisystem dan gejala-gejala yang ditimbulkannya berkaitan dengan
hampir seluruh organ tubuh. Tetapi dalam banyak kasus jelainan kulit seringkali
merupakan satu-satunya tanda yang tampak. Jejas kulit dapat berupa eritema dan
indurasi pada stadium akut dan bercak-bercak parut indurasi pada stadium akut
dan bercak-bercak parut atrofik dengan pinggir hiperpigmentasi pada tahap
kronik.
Infeksi kulit
Infeksi bakteri
Infeksi bakteri
yang paling sering ditemukan ialah infeksi bakteri supuratif, yang terjadi pada
semua kelompok umur dan disebabkan oleh berbagai macam pathogen. Penyakit
infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman piogenik yang mencakup stafilokokus
disebut dengan pioderma.
Pada pioderma
sebagian besar bakteri masuk ke dalam kulit melalui luka kulit atau bekas luka.
Pioderma ini meliputi impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, hidradenitis,
erysipelas, selulitis dan flegmon. Di samping itu masih ada yang lain-lain
seperti dermatitis granulomatosa kronik, gumma dan kondiloma akuminatum serta
akne vulgaris.
Impetigo adalah infeksi kulit
superficial yang paling sederhana akibat streptokokus atau stafilokokus yang
mengenai lapisan epidermis. Pada pemeriksaan klinik tampak jelas berupa pustule
dan krusta kuning pada permukaan kulit. Di samping krusta dapat ditemukan
vesikel yang berukuran beberapa mili hingga sentimeter. Folikulitis
ialah peradangan pada kulit rambut. Secara klinik menimbulkan rasa gatal atau
terbakar pada daerah yang berambut. Peradangan bersifat sangat superficial
dengan tanda-tanda papula atau pustule yang ditembus oleh rambut. Inflamasi
bersifay kronik dan biasanya terjadi secara simetrik.
Furunkel adalah abses yang terbatas
pada folikel rambut dan sekitarnya, biasanya akibat Staphylococcuc aureus. Bebrapa
furunkel yang menyatu akan membentuk karbunkel.
Hidradenitis supuratif
adalah infeksi supuratif kelenjar apokrin yang paling sering ditemukan pada
ketiak dan pangkal paha.
Erisipelas merupakan kelainan kulit
berwarna merah yang menyelubungi infeksi lapisan subkutan luar, biasanya
disebabkan oleh streptokokus yang menyebar melalui saluran limfe. Infeksi ini
bersifat akut, mengenai lapisan epidermis dan dermis yang dengan cepat
mengadakan perluasan ke samping. Secara klinik dapat ditemukan eritema, edema,
vesikel dan bula.
Selulitis ialah infeksi subkutan
dalam yang menyebar ke jaringan longgar dan sekitarnya. Infeksi inisering
didahului oleh trauma seperti gigitan serangga dan kadang-kadang sudah ada
kelainan kulit sebelumnya. Kulit tampak berwarna merah dan bengkak dengan batas
yang tidak jelas. Bila selulitis
mengalami suprasi maka disebut sebagai flegmon. Disini lesi yang semula
tidak berongga, kemudian mempunyai rongga, berisi nanah, tanpa dinding. Karena
tidak berdinding, dapat meluas ke dalam dan perifer.
Dermatitis granulomatosa
kronik
Dermatitis jenis
ini dapat disebabkan oleh Myobacterium leprae atau Myobacterium
tuberculosis yang masih cukup banyak di Indonesia.
Gumma dan kondiloma matum
Kedua kelainan
kulit ini merupakan gambaran sekunder penyakit sifilis. Gumma adalah infiltrate
yang berbatas tegas, biasanya mengalami perkijuan, bersifat destruktif fan
dapat ditemukan pada semua organ tubuh.
Akne vulgaris
Penyakit ini
merupakan radang yang dikaitkan dengan sumbatan kelenjar pilosebasea. Kelainan
kulit ini sering ditemukan pada wajah, dada dan punggung. Etiologi akne
dikaitkan dengan Propinobacterium acnes yang hidup pada sebum yang
tersumbat. Pada penyakit ini sering ditemukan factor-faktor yang mencakup
seboroik, hipersensitivitas terhadap beberapa jenis makanan, infeksi lokal,
dll.
Infeksi virus
Dilihat dari
perjalanannya, infeksi virus digolongkan menjadi gangguan kulit yang akut dan
kronik. Beberapa infeksi virus antara lain ialah morbili, varisela, herpes
simpleks, veruka dan kondiloma akuminatum.
Morbili ialah
infeksi menular yang ditandai dengan kelainan kulit berbentuk makulopapula,
yang muncul pada hari kedua hingga keempat setelah adanya demam. Penularan infeksi yang menyerang melalui droplet
atau percikan. Secara berurutan kelainan kulit muncul pertama di daerah
muka atau belakang telinga.
Varisela atau
cacar air ditandai dengan vesikel yang pertama mucul di daerah muka, kulit
kepala atau tubuh. Selanjutnya kelainan kulit ini akan meluas ke lengan dan
tungkai.
Virus herpes
simpleks menimbulkan infeksi dengan pola yang khas, sesuai dengan anatomis
tertentu. HSV-1 menyebabkan vesikel pada bibir, HSV-2 menimbulkan vesikel pada
organ kelamin dan herpes zoster menyebabkan vesikel sepanjang jaringan syaraf
sesuai dengan dermatom yang terkena.
Kutil atau
veruka ditentukan berdasarkan morfologi klinik dan lokasinya. Veruka vulgaris yang
disebabkan oleh human papiloma virus merupakan jejas yang sering
ditemukan. Dapat terjadi di semua bagian tubuh. Veruka plana sering ditemukan
pada daerah muka atau permukaan dorsal tangan. Jejas kulit berupa papula
kecoklat-coklatan yang sedikit menonjol, permukaan rata. Veruka plantaris dan
veruka paalmaris terjadi masing-masing pada telapak tangan dan kaki berupa
jejas kasar. Di samping itu, virus ini dapat mengakibatkan kutil besar di organ
kelmain yang disebut sebagai kondiloma akuminatum.
Infeksi kapang
Berdasarkan letak lapisan yang sering diserang oleh
kapang, maka infeksi kapang dibagi menjadi superficial dan profunda. Ditinjau
dari etiologinya, Trichophyton, Epidermophyton atau Microsporum spp
yang tergolong dalam dermatofita merupan penyebab tersering infeksi kapang
superficial. Sedangkan infeksi kapang profunda disebabkan oleh Blastomyces,
Mmadurella dan pathogen lain yang banyak terjadi di daerah iklik tropis
seperti Indonesia.
Infeksi superficial
Sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, infeksi kapang
dibagi atas tinea kapitis, tinea kruris, tinea korporis dan tinea pedis serta
tinea versikolor. Pada tinea kapitis yang menyerang daerah kepala, dijumpai
adanya kerontokan rambut dan pembentukan jaringan parut. Bentuk kliniknya dapat
berupa skuamasi, jejas eritema, kadang-kadang proses ulserasi dan
granulomatosa. Selanjutnya, gambaran klinik pada tinea kruris berupa macula
eritematosa dengan penyebaran ke tepi. Kadang-kadang disertai vesikel.
Kelainan kulit
pada tinea korporis yang ditemukan pada bagian badan berupa bercak-bercak yang
pucat di bagian dalam dan dikelilingi oleh daerah aktif yang kemerah-merahan di
bagian luar. Tinea ini ditemukan pada kulit yang tidak berambut. Biasanya mulai
dengan papula yang berwarna kemerah-merahan, dengan bagian pinggir selalu lebih
aktif daripada bagian tengah. Sementara itu, tinea pedis dijumpai diantara
jari-jemari dan telapak kaki. Kelainan kulit dapat berupa papuloskuamosa,
vesikel, pustula dan bula.
Tinea versikolor
merupakan kelainan ringan yang menyerang stratum korneum. Pada pemeriksaan
tampak macula yang berwarna merah, putih atau hitam dengan berbagai macam
ukuran disertai dengan squama halus.
Infeksi profunda
Kelainan kulit
dapat berupa indurasi dermis dan dapat menyebabkan perubahan susunan bahkan kerusakan
jaringan kulit,. Pada pemeriksaan histologik, kapang-kapang ini menyebabkan
reaksi granulomatosa yang disertai dengan pembentukan nanah. Contoh-contoh
penyakit ini antara lain blastomikosis dan maduromikosis.
Infeksi protozoa dan
metazoan
Infeksi ini
meliputi amebiasis, tripanosomiasis, leismaniasis dan toksoplasmosis. Metazoan
dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti onkoserkiasis, larva migrans
kutaneus, strongiloidiasis, ankilostomiasis, filariasis dan skistomiasis.
Penyakit kulit akibat
serangga
Kelainan kulit yang terjadi berupa makulopapula yang
berlangsung dalam waktu singkat dan biasanya tidak meninggalkan gejala sisa
bila tidak terjadi infeksi. Scabies adalah satu penyakit kulit kronik akibat Sarcoptes
scabiei yang mampu menembus epidermis bagian dalam. Secara klinik penyakit
ini ditandai dengan kelainan kulit yang bersifat polimorf, yaitu berupa papula,
erosi dan eskoriasi. Karena menimbulkan rasa gatal pasien cenderung menggaruk
sehingga timbul infeksi sekunder dengan tanda-tanda pustule, folikulitis dan
furunkulosis.
Penyakit imun
Kulit acapkali terpajan pada
zat-zat asing yang dapat mengimunisasi tubuh dan menyebabkan reaksi
hipersensitivitas. Dermatitis apotik, pemfigus vulgaris, lupus eritematosus
discoid dan sistemik, sarkoidosis merupakan contoh penyakit imun dengan
kelainan kulit. Penyakit imun pada kulit dalam bentuk reaksi hipersensitivitas
dibagi menjadi empat tipe, yakni hipersensitivitas tipe I, tipe II, tipe III
dan tipe IV.
Pada reaksi tipe I, timbul
edema dermis dan epidermis akibat lepasan histamine dari sel mast. Reaksi tipe
II timbul melalui perantaraan IgG. Penimbunan kompleks imun sepanjang membrane
basal epidermis akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe III. Sedangkan
reaksi tipe IV ditandai dengan adanya granuloma pada jaringan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Nasar, I.M., Himawan, S. dan
Marwoto, W. 2010. Buku Ajar Patologi II
(Khusus). Edisi Ke-
1.
Sagung Seto, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar