Hepatocutaneus syndrome
Paper IPDHK
Hepatocutaneus Syndrome
Disusun Oleh:
NURSAIDA NASUTION
1202101010030
KELOMPOK: 1
KELAS: D
Defenisi:
Hepatocutaneus atau disebut dengan sindroma
hepatokutaneus (Hepatocutaneus Syndrome) merupakan kelainan nekrotik pada jaringan kulit berkaitan dengan
ketidaksempurnaan metabolisme karena mengidap penyakit dalam.
Patogenesis sindroma hepatocutaneus juga
disebut sebagai diabetik dermatopati atau erithema nekrolitik migratori ( necrolytic migratory erythema ) atau
radang kulit nekrotik superfisialis ( superficial
necrotic dermatitis ), dan metabolic epidermal necrosis.
Causa :
Hepatocutaneus terjadi karena adanya
hipoproteinemia atau defisiensi biotin,
asam lemak esensial atau Zn. Ketidaknormalan ini terjadi akibat hiperglukanomas
atau kombinasi dari beberapa sebab. Selain itu, akibat dari ketidakseimbangan
nutrisi, yang menghasilkan metabolisme abnormal yang disebabkan oleh disfungsi
hati atau tumor pancreas.
Gejala klinis:
Paling
sering terjadi pada anjing yang lebih tua. Penyakt kulit biasanya akan
mengalami keluhan, walaupun beberapa
anjing akan mengalami penyakit sistemik (lesu, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan). Tanda-tanda pada kulit biasanya terlihat lebih dahulu
baru diikuti dengan penyakit sistemik. Alopesia,keropeng yang tebal dan kempal
serta terlihat lesi-lesi yang eksudatif. Umumnya vesikel timbul dibagian
moncong, mukokutaneus junction, anggota tubuh bagian distal, teracakan ( footpads ), pinnae,alat kelamin luar,
siku, telinga, lutut dan ventrum. Pruritus, nyeri dan dermatofit sekunder,
infeksi bakterial atau ragi ( yeast )
sangat sering terjadi.
Diagnosis:
Diagnosis didasarkan pada riwayat yang
mendukung, latihan fisik, keabnormalan kerja darah (bloodwork) ( seperti
tingginya enzim pada hati dan rendahnya tingkat protein), dan hasil biopsy
kulit.
Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel
kerokan kulit atau biopsi kulit, preparat Tzanek, penghitungan sel darah
komplit, profile kimia serum,analisa urine dan pengukuran asam empedu (bile acids), dalam keadaan puasa dan
setelah makan (fasting and post prandial).
Pemeriksaan histopatologik dari kulit
menunjukan lapisan teratas epidermis terlihat dengan nyata eosinofilik dengan
parakeratosis. Sedangkan lapisan tengah terlihat pucat dengan edema dan
nekrolitik keratosit. Lapisan sel basal menjadi hiperplastik dan basofilik yang
dalam pustulasi bercampur dengan inflamasi pada jaringan kulit. Pada lapisan
permukaan kulit sering ditemukan dermatofit, ragi (yeast) atau bakteri. Pemeriksaan histopatologik didalam organ hati
memperlihatkan degenerasi vakuoler dan sirosis hati. Terjadinya degenerasi
vakuolar berkaitan dengan adanya akumulasi glukagon dan lemak. Dari beberapa
informasi dikatakan bahwa hati, karena memiliki regenerasi nodule, dengan
fibrosis dan parenkim akan menjadi kolaps (collaps).
Sel-sel tumor yang menghasilkan glukagon adalah kejadian yang jarang pada
pemeriksaan pancreatik histopatologik ditemukan atropi pancreatic. Pada kucing,
yang paling umum ditemukan adalah tumor pada pancreas.
Prognosa:
Penyakit ini merupakan penyakit cutaneus
yang termasuk dalam penyakit internal yang serius, prognosa buruk dengan waktu
kelangsungan hidup lebih kurang dari setahun dalam banyak kasus.
Terapi:
Terapi
diarahkan kepada perbaikan kondisi pasien. Umumnya penderita tidak tertolong
setelah menderita selama 6 bulan setelah terlihat gejala klinis. Obat
kortikosteroid dapat memperbaiki lesi-lesi secara transien pada beberapa pasien
anjing, tetapi terapi jenis ini dapat menyebabkan pasien mengalami diabetik. Terapi
dengan asam lemak (omega-3) dan Zn,
tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Jika ada tumor pada hati atau pancreas
yang diidentifikasi dan dapat dilakukan pengeluaran/pemotongan dengan cara
pembedahan/operasi, lesi-lesi kulit yang
kemungkinan masih normal selama beberapa periode waktu, tetapi karena
tumor-tumor ini penyebarannya luas
(menyebar ke daerah-daerah lain pada tubuh) dengan cepat, sehingga operasi
tidak berpengaruh. Dalam kasus-kasus penyakit hati tahap akhir, operasi tidak mungkin dilakukan, dan tujuan terapi
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan ketidaknyamanan lesi-lesi kulit
dengan perawatan yang mendukung dan menunjukkan keabnormalan nutrisi. Perawatan
mendukung termasuk suplemen protein dan kebutuhan mineral dan enzim melalui
diet dan suplemen oral atau infuse asam amino secara intravena mingguan di rumah
sakit pada pasien yang tidak tinggal di rumah sakit hingga memberikan kemajuan
pada kulit. Sebenarnya, meskipun dilakukan perawatan mendukung, penyakit ini
akan terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
mals.com/faq-25/. Diakses pada Mei 2015.
Dharmajono. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) 2. Jakarta:
Pustaka
Populer Obor.
Komentar
Posting Komentar