Candidiasis

Pengertian Candidiasis
Candidiasis merupakan penyakit mikal yang disebabkan oleh Candida. Candida dapat hidup sebagai saprobe tanpa menyebabkan kelainan pada berbagai permukaan tubuh manusia dan hewan. Khamir ini tergolong patogenik dan menimbulkan penyakit (mikosis). Pada keadaan tertentu, Candida dapat menjadi patogen dan menyebabkan penyakit yag disebut candidiasis atau candidosis. Candida spp. dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Morfologi Candida
Pada umumnya Candida spp. tumbuh baik pada medium agar sabouraud dekstrosa. Pada medium tersebut, organisme ini membentuk koloni seperti ragi (yeast-like colony) yang berbentuk bulat dengan diameter 2-4 mm, berwarna putih kekuningan, dengan permukaan yang halus. Secara mikroskopik, Candida spp. merupakan organisme eukariot uniseluler. Sel ragi dan sel tunas umumnya berbentuk bulat, oval, sampai hampir silindris, dengan ukuran 2-7 x 3-8,5 μm (Tyasrini dkk., 2006).  Khamir ini memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang disebut blastospora dan blastospora ini terus memanjang membentuk hifa semu. Spesies Candida terdiri dari C.albicans, C.krusei, C.tropicalis, C.dubliniensis, C.famata, C.firmetaria, C.glabrata, C.lipolytica, C.norvegensis, dan C.rugosa. spesies-spesies Candida adalah khamir imperfecti (tidak memiliki bentuk seksual), tergolong dalam family Cryptococcacea, ordo Cryptoccales, klas Blastomycetes, dan divisi fungi imperfecti. Spesie Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik manusia maupun hewan adalah Candida albicans (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).
Pada kondisi tertentu, termasuk pada saat menginfeksi, organisme ini dapat mengalami perubahan morfologi menjadi lebih bersifat invasif, yaitu bentuk hifa atau miselial atau filamentous. Transisi morfologi ini merupakan bentuk adaptasi Candida spp. terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam bentuk miselial, Candida spp. membentuk hifa dan pseudohifa. Hifa berbentuk tabung. Hifa terbentuk dari blastospora yang terus-menerus mengalami pertumbuhan pada apeksnya, yang pada stadium awal terlebih dahulu membentuk germ tube, sehingga tidak terdapat septum antara blastospora dan bagian sel yang tumbuh. Pseudohifa terbentuk dari sel tunas, seperti blastospora, yang bermultiplikasi, tetapi sel anak tidak lepas dari sel induknya dan terus menerus memanjang sehingga menyerupai hifa, sehingga terdapat septum antara blastospora dan bagian sel yang tumbuh, serta pada bagian ini terdapat bagian yang menyempit. Dinding sel Candida spp. memiliki struktur yang unik dan dinamik, yang terdiri dari beberapa lapisan. Komponen utama dinding sel Candida spp. adalah glucans, kitin, manoprotein, yaitu manan yang berikatan dengan protein, serta protein lain, sedangkan komponen minornya adalah lemak dan garam anorganik. Komposisi dinding sel pada sel ragi dan hifa relatif sama (Tyasrini dkk., 2006).

Sifat Candida
Gangguan kesehatan pada ayam oleh Candida albicans bersifat oportunistik. Sebagai penyakit yang bersifat oportunistik, Candida merupakan penyakit yang sangat ditentukan oleh kondisi kekebalan tubuh ayam, kualitas pakan, air dan lingkungan. Dampak dari gangguan kesehatan dari ayam akibat infeksi penyakit virus dan bakteri berpotensi meningkatkan candidiasis. Kondisi yang nyata akibat candidiasis pada ternak ayam ialah terjadi penurunan kualitas bobot ayam dan produksi dari telur pada peternakan ayam. Kondisi imunosupresi (gangguan sistem imunitas) berpeluang terhadap timbulnya candidiasis dan kondisi ini menunjukan Candida telah berubah menjadi patogen. Candida albicans merupakan fungi opportunistik yang menginfeksi hewan akibat pemberian antibiotik, agen sitotoksik, dan obat imunosupresif (Jamin, 2012).
Sifat jamur ini relatif lebih resisten di dalam tanah dan tahan terhadap berbagai desinfektan. Penularan kandidiasis biasanya melalui oral karena ayam sehat mengkonsumsi pakan atau air minum yang sudah tercemar Candida albicans (Majalah Infovet, 2007).



Patogenisitas
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filament dan produksi enzim ekstraselular. Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel C.albicans ke sel inang. Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida spp. untuk mempertahankan diri dari obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik ekstraselular seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas C.albicans (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Cara penularan
Candidiasis tidak menular dari ayam satu ke satu ayam lainnya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau air minum atau karena kontak dengan bahan/lingkungan yang tercemar oleh jamur tersebut (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012), sehingga untuk pencegahan kandidiasis ditingkat peternak agak lebih muda yakni cukup mengetatkan sanitasi lingkungan kandang dan ternaknya serta menjaga agar pakan tetap dalam keadaan baik (Majalah Iinfovet, 2007).

Gejala Klinis
Gejala pada ayam terserang candidiasi tidak terlalu spesifik, namun akibat penyakit ini pertumbuhan ayam menjadi terhambat, bulu berdiri, atau ayam mengalami diare (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012). Selain itu juga terdapat gangguan pertumbuhan, pucat, lesu, lesi gatal pada ulkus kulit dan selaput lendir, dan pneumonitis (Majalah Iinfovet, 2007).


Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan adanya perubahan patologi, namun penegakan diagnose dapat dilakukan dengan isolasi dan identifikasi jamur. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan preparat apus mukosa tembolok yang diwarnai dengan methylen blue untuk mendeteksi adanya hyphae atau klamidiospora C.albicans (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan standar sanitasi, menghindari pemberian obat, antibiotik, dan coccidiostat, serta menghindari stimulant pertumbuhan berlebihan yang dapat mempengaruhi flora normal pada saluran pencernaan (Direktorat Jendral Peternakan Kementrian Pertanian, 2012).

Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan menggunakan cooper sulfat dengan takaran 1:2000 (1 bagian cooper sulfat dan 2000 bagian air minum). Pengobatan juga dapat dilakukan menggunakan gentian violet yang dicampur dalam pakan dengan dosis 1 pound per ton pakan.
Nystatin pada pakan (220 mg/kg pakan) atau pada air mimun (62,5 – 250 mg/L Nnystatin dicampur dengan sodium lauryl sulfate 7,8 – 25 mg/L) selama 5 hari akan efektif dalam pengobatan pada kalkun.


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat   Jendral  Peternakan   Kementrian   Pertanian.   2012.   Manual   Penyakit
            Unggas. Jakarta, Dirjennak.
Jamin,  F.  2012.  Akibat  Infeksi  Candida  albicans  dan  Pemberian  Kortikosteroid
Menyebabkan Kondisi Imunosupresi Organ Bursa Fabricius pada Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 4 (2): 67-71.
Majalah Infovet. 2007. Penyakit Jamur Terkait Pakan Ternak. http://majalahinfovet.
com/2017/10/penyakit-jamur-terkait-paka-ternak.html. Diakses pada 26 Januari 2017.
Tyasrini,  E.,  Winata, T. dan  Susantina.  2006. Hubungan antara Sifat dan Metabolit
Candida spp. dengan Patogenesis Kandidiasis. JKM. 6(1): 52-67.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distokia pada Sapi

Mycoplasma