Melioidosis
MELIOIDOSIS
Pengertian
Melioidosis atau pseudoglanders adalah suatu penyakit yang
menyerupai glanders, menyerang berbagai jenis hewan dan manusia yang dapat
bersifat ringan, kronik, atau septikemik. Penyakit ini ditemukan pada tahun 1911 oleh Kapten Alfred Whitmore
ataupun penyakit pekebun Nightcliff (Nightcliff - kawasan endemik Melioidosis
terletak di Australia).
Semula, melioidosis
hanya ditemukan di kawasan Asia Tenggara dan merupakan ancaman serius bagi
tentara Amerika yang bertugas di Asia Tenggara. Melioidosis itemukan juga
secara endemic di Australia Uutara dan Afrika Tengah. Setiap tahun diperkirakan
terdapat 2.000 – 5.000 kasus pada manusia di Thailand, 120 orang di Singapura,
dan antara 20 – 50 orang di Australia Utara. Negara lain yang dilaporkan ada
melioidosis adalah Papua New Guinea, Prancis, dan Nigeria.
Etiologi
Penyebab melioidosis semula mempunyai beberapa
nama, yakni Malleomyces pseudomallei, Pfefferella whitmori, dan Pseudomonas
pseudomallei, tetapi kemudian diberi nama baru Burkholderia
pseudomallei. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat Gram Negatif.
Bacillus ini sama dengan bacillus glanders tetapi motil dan tumbuh baik pada
gelatin temperature 20 0C, flagella ada 1-4 yang polar. Tumbuh pada
agar biasa, mukoid atau kering berkerut, oksidasi positif, tumbuh pada Mac
Conkey dan tidak memproduksi H2S.
Panjang bacillus ini 1 – 2 µ dan lebar 0,5 µ,
bentuk yang lebih panjang dan lebar dapat diperoleh pada media cair, berspora
dan koloni pada nutrient agar luar biasa nyata kasar, kering dan berpaut.
Bakteri ini aerob, tumbuh baik pada media biasa dan temperature optimalnya 37 0C.
koloni pertama Nampak keputih-putihan dan kasar kemudian menjadi kuning atau
mengkerut.
Bakteri ini sangat patogenik dan tahan dalam
waktu lama di dalam tanah dan air. B. pseudomallei diperkirakan tetap
ada dalam tanah pada lapis lempung (liat) yang mampu menahan air selama musim
kemarau. Pada musim hujan, sewaktu dilkukan pengolahan tanah untuk menanam
padi, bakteri tersebut terangkat kembal ke permukaan dan dapat menginfeksi
petani atau hewan.
Spesies rentan
Kasus penyakit pernah dilaporkan terjadi pada
rodentia, kelinci, burung merpati, hewan-hewan di kebun binatang termasuk rusa,
anjing, kucing, kuda, kerbau, sapi, domba, kambing dan babi. Penyakit ini dapat
dibuat secra eksperimental pada tikus besar (rat), tikus kecil (mice)
dan hamster. Penyakit ini juga dapat terjadi pada manusia.
Penyebaran penyakit
Bakteri yang menyebabkan meliodosis biasanya
masuk ke dalam tubuh lewat luka atau borok di kulit atau melalui penghirupan
debu yang tercemar bakteri ini. Infeksi dapat disebarkan melalui zat makanan
dan air minum yang terkontaminasi ekskreta tikus dan gigitan serangga. Kontak
langsung dengan hewan dapat pula terjadi meskipun jarang. Penularan
transplasental pernah dilaporkan pada domba, babi dank era. Penularan
nosocomial telah dilaporkan pada 4 ekor kucing pada RS hewan, kemungkinan
melalui injeksi multidosis yang terkontaminasi.
Pengaruh lingkungan
B. pseudomallei relatif
peka terhadap pengaruh lingkungan alam sekitarnya dan desinfektan, meskipun
demikian dapat hidup dalam air pada suhu ruangan selama 8 minggu, dalam air
lumpur selama tidak lebih dari 7 bulan dan dalam tanah di laboratorium selama
30 bulan.
Di daerah tropis dan subtropics infeksi melalui air kemungkinan
merupakan sumber infeksi yang penting. Derajat virulensi yang beragam
terlihat pada strain-strain yang berbeda
dari bateri ini, tetapi kelaparan dan kondisi stress yang lainnya dapat meningkatkan
kepekaan hewan percobaan terhadap infeksi. Sebagian besar kasus terjadi pada
musim hujan dan di daerah-daerah dataran rendah berawa.
Sifat penyakit
Melioidosis merupakan penyakit zoonosis penting. Penyakit ini
pernah outbreak pada babi, kambing dan domba di Australia, daerah Karibia dan
Kamboja. Pada kuda di Malaysia, Iran dan
Perancis (1976-1978). Pada babi dan sapi di Papua New Guinea dan Australia.
Yang sangat penting pada ternak domba adalah domba dengan mortalitas tinggi
pernah dilaporkan.
Faktor Predisposisi
Cuaca yang parah seperti banjir, tsunami, dan topan dapat merupakan
factor terjadinya penyakit. Pada manusia, factor risiko penting yang
mempengaruhi melioidosis adalah adanya penyakit ginjal atau diabetes mellitus.
Factor risiko lainnya pada manusia adalah adanay talasemia, penyakit ginjal,
dan cystic fibrosis. Modus infeksi diyakini dapat melalui kulit, atau melalui
inhalasi aerosol. Meningkatnya kejadin penyakit ada hubungan jelas dengan
meningkatnya curah hujan.
Gejala Klinis
Pada domba terutama adalah kelemahan dan terbaring yang kemudian
kematian terjadi dalam 1-7 hari. Pada domba yang diinfeksi untuk percobaan
terjadi demam yang disertai anoreksia, tidak dapat berjalan normal dan keluar
eksudat kuning kental dari hidung dan mata. Sebagian hewan menunjukkan gangguan
syaraf pusat yaitu cara berjalan/ berlari yang tidak normal, berjalan
berputar-putar, menggelengkan kepala, kebutaan dan agak kejang.
Pada kambing gejalanya menyerupai bentuk akut pada domba, tetapi
lebih sering berlangsung kronis. Pada babi penyakit ini biasanya kronis dan
dimanefestasikan oleh cervical lymphadenitis tapi pada sebagian outbreak
tanda-tandanya sama dengan pada spesies lain. Pada suatu outbreak dapat
terjadi kelumpuhan sementara di bagian posterior, demam, batuk, ingus dari
hidung dan lender dari mata, anoreksia, keguguran dan kadang-kadang berakhir
dengan kematian.
Pada kuda rangkaian gejalanya adalah pneumonia metastasis akut
disertai demam tinggi dan berlangsung singkat. Sedikit batuk dan sedikit ingus
serta tidak ada respons terhadap sebagian besar jenis obat yang digunakan dalam
pengobatan.
Gejala klinis pada kuda meliputi septisemia, hypertheremia, oedema,
kolik, diare, dan lymphangitis pada kaki. Pada kasus subakut dapat menjadi
lemah, kurus dan terbentuk oedema. Kuda yang terserang penyakit ini dapat hidup
beberapa bulan. Kasus meningoencephalitis akut pernah terjadi pada kuda.
Kejadiannya mendadak, tanda yang terlihat kejang.
Pada manusia. Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini bervariasi. Sering
bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk berlendir dan
demam. Gejala lain yang mungkin muncul
termasuk demam disertai sakit kepala dan kebingungan, atau rasa sakit waktu
kencing dan/atau kesulitan kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21 hari
setelah terinfeksi dan permulaan gejala bisa tiba-tiba atau pelan-pelan.
Infeksi meliodosis dapat mematikan sehingga dibutuhkan perhatian dokter yang
urgent dan pengobatan dengan antibiotik tertentu.
Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara
jauh lebih pelan dengan gejala penurunan berat badan, demam yang
terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada orang tertentuyang memiliki gejala
borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau tulang.
Pernah ada juga beberapa kasus di mana
penyakitnya menyebabkan orang jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu
sejak infeksi pertama. Dalam kasus-kasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh
yang bersangkutan dan telah menjadi aktif oleh karena sistem kekebalannya
menjadi lebih lemah.
Terdapat beberapa jenis tanda dan gejala
melioidosis yang boleh dikategori seperti berikut:
- Jangkitan setempat (Localizes infection): bengkak dan
sakit, demam, kudis, bernanah.
- Jangkitan paru-paru (Pulmonary infection): batuk, sakit
dada, demam tinggi, sakit kepala, anorexia
- Jangkitan darah (Bloodstream infection): demam, sakit
kepala, sakit sendi, masalah pernafasan, ketidakselesaan abdomen,
kelembutan otot, kekeliruan.
- Jangkitan disebarkan (Disseminated infection):
penurunan berat badan, sakit perut atau sakit dada, sakit otot atau sakit
sendi, sakit kepala, sawan.
Perubahan Patologi Anatomi
Pembentukan penyakit ini secara alam adalah sama dengan halnya
Malleus, yaitu dengan diawali septisemia atau bakterimia dan lokalisasi pada
bernagai organ. Secara eksperimen, melioidosis pada kambing ditandai dengan
adanya septisemia dengan mikroabses yang menyebar luas setelah disuntik secara
intra-peritoneal dan bila secara subkutan maka terbentuk penyakit yang kronis
disertai abses pada paru-paru dan limpa.
Banyak abses di sebagian besar organ, terutama di system pernapasan
termasuk ke bagian paru-paru, limpa dan hati. Abses juga terjadi di bagian subkutan
dan lymphoglandula yang merupakan ciri dari penyakit ini. Pada domba, abses ini
megandung nanah berwarna hijau yang kental atau mengeju serupa dengan yang
ditemukan pada penyakit karena serangan Cornyebacterium pseudotuberculosis. Lesi-lesi
pada mukosa hidung bias menjadi robek dengan pembentukan ulser yang kasar.
Polyarthitis akut dengan pembengkakan kapsul persendian oleh cairan yang
mengandung nanah kehijauan dalam jumlah banyak dan meningoencephalitis akut
ditemukan pada kasus-kasus penyakit secara percobaan.
Abses dapat ditemukan pada limpa dan kelenjar adrenal sapi. Apabila
terjadi di paru-paru, abses mempunyai selaput dan berisi nanah kuning kehijau-hijauan
berkonsistensi krim.
Diagnosa
Di samping berdasarkan gejala klinis, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk biakan darah.
·
Gambaran
apus darah tepi, leukositosis dengan gambaran sel pergeseran ke kiri
·
Pewarnaan
gram dari kultur darah, urine, sputum, dan cairan/jaringan kulit yang mengalami
kelainan
·
Pada
gambaran mikroskopis tampak kuman bentuk batang, gram negative, dan juga bisa
diwarnai dengan metylen blue
·
Biakan
sebaiknya diperkaya dengan glukosa 1-5 % agar kuman tumbuh subur.
Biakan darah sering negatif
·
Tes
aglutinasi positif setelah hari ke-7 sampai ke-10
·
Test
complement fixation dianggap positif bila titer >1/20
·
Pada
pemeriksaan HI peningkatan titer antibody 4 kali atau lebih, juga dianggap
positif.
Bakteri ini mudah ditumbuhkan pada kebanyakn media dalam waktu
48-72 jam. Injeksi terhadap marmot dan kelinci menimbulkan penyakit yang
menciri. Diagnose juga dilakukan dengan uji alergi pada kulit dengan
menggunakan melioidin sebagai antigen, dan CFT.
Diagnose serologis dapat dilaksanakan dengan uji HA, Aglutinasi dan CFT.
Diagnosa Banding
Banyaknya abses pada berbagai organ dapt dibedakan dengan penyakit Gaseous
Lymphadenitis pada domba. Lesi-lesi pada nasal actinobacillosis pada
domba juga menyerupai melioidosis, tetapi penyakit ini relative tidak
fatal dan isolasi bakterinya menjamin diagnosa positif. Pada kuda penyakit ini
mungkin dikelirukan dengan Malleus tetapi tidak ada pembesaran lympnodes pada
mukosa hidung dan kulit.
Pengendalian dan Pencegahan
Pemberantasan penyakit harus berdasarkan pada pemberantasan hewan
yang sudah terinfeksi, dan disinfektasi terhadap kandang serta peralatan pada
daerah yang tertular dan juga pada daerah sekitarnya.
Belum ada vaksinasi untu penyakit melioidosis. Adapun pencegahan
yang bisa dilakukan:
·
Menghindari
kontak dengan air dan tanah yang tercemar kuman, apalagi pada penderita luka
bakar dan diabetes mellitus.
·
Menghindari
kontak dengan cairan tubuh dan darah penderita, merupakan usaha yang dapat
diterima akal dalam pencegahan penularan penyakit ini.
·
Untuk
pasien manusia, pembuangan sputum, urine dan feses harus dilakukan seaman
mungkin
·
Susu
dari hewan tertular harus dipasteurisasi agar tidak terjadi penularan per
os.
Pengobatan
Berbagai jenis antibiotika yang pernah digunakan dalam pengobatan
melioidosis, antara lain tetrasiklin, kanamisin, kloramfenikol, sulfadiasin,
novobiosin, dan co-trimoxazole. Pada bentuk akut dan subakut, kombinasi
berbagai antibiotika dapat digunakan, misalnya tetrasiklin dan kanamisin.
Kondisi yang lebih berat dapat menggunakan 3 kmbinasi antibiotika. Pengobatan
harus dilakukan paling tidak selama 30 hari.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Northern Territory. 2012. Melioidosis
(Indonesian). Northern Territory
Government.
Direktur
Kesehatan Hewan. 2002. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat
Kesehatan
Hewan,
Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta.
melioidosis.
My Health Kementerian Kesihatan Malaysia, Malaysia.
Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke
Manusia. Kanisius, Yogyakarta.
Yatim,
F. 2007. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya Jilid 2.
Penerbit
Pustaka Obor Populer,
Jakarta.
Komentar
Posting Komentar