CHLAMYDIA
NIM : 1202101010030
Tugas : Diagnosa Klinik
CHLAMYDIA
Feline
chlamydiosis (Chlamydophila), dikenal juga dengan sebutan feline pneumonitis (Radang paru-paru
pada kucing), biasanya menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagian atas yang
relatif ringan tetapi kronis (lama). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
psitacii. Tanda-tanda utama penyakit ini biasanya radang/sakit pada mata,
disertai cairan kotoran mata berlebihan. Infeksi ini juga menyebabkan pilek,
bersin dan kesulitan bernafas yang disebabkan radang paru-paru. Bila tidak
diobati, infeksi bisa menjadi kronis dan berlangsung selama beberapa minggu
hingga beberapa bulan.
Selain
bakteri Chlamydia, virus feline rhinotracheitis dan feline calicivirus termasuk organisme
yang menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagian atas pada kucing. Chlamydia menyebabkan sekitar 10-15 %
dari total kasus gangguan pernafasan pada kucing.
Penyebaran & Penularan
Bakteri
Chlamydia terdapat di seluruh dunia
dan menyebabkan penyakit pada sekitar 5 - 10 % dari seluruh populasi kucing.
Penyakit ini sering menyerang kucing muda (kitten umur 2 - 6 bulan), tempat
penampungan hewan atau tempat dengan populasi kucing lebih dari satu. Wabah
sering terjadi pada pemeliharaan kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang
baik dan tempat/kandang dengan ventilasi yang kurang.
Bakteri
yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui cairan pilek atau
kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai berikut :
·
Kontak dengan objek
yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, makanan, tempat makan/minum,
pakaian pemilik dan tangan pemilik.
·
Kontak dengan mulut,
hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi.
·
Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter
Selaput
lendir mata bengkak (conjunctivitis) pada kucing yang terserang Chlamydia (Chlamydophila)
Gejala klinis
Secara umum kucing terinfeksi secara subklinis.
Berdasarkan sejarah penyakit gejala klinis yang terlihat yaitu adanya infeksi
pada saluran pernafasan atas seperti bersin, mata berair, dan batuk. Beberapa
kucing yang terinfeksi juga mengalami kejadian sulit bernafas dan anorexia.
Sedangkan berdasarkan physical examination gejala yang terlihat yaitu
konjungtivitis, umumnya granular, awalnya terjadi secara unilateral tetapi
dapat berkembang menjadi bilateral. Selain itu gejala lain yaitu lakrimasi,
fotofobia, blepharospasmus, rhinitis disertai discharge ringan pada hidung, dan
pneumonitis.
Differensial
diagnosa
Differensial diagnosa dari kasus Chlamydiosis
pada kucing adalah feline viral rhinotracheitis, infeksi oleh feline
calicivirus, feline reoviral, dan bronchial pneumonia. Pada kasus feline viral
rhinotracheitis masa inkubasi lebih pendek, yaitu sekitar 4-5 hari, kejadian
konjungtivitis terjadi secara bilateral, adanya bersin dan keratitis ulseratif.
Pada kasus infeksi oleh feline calicivirus masa inkubasi pendek yaitu 3-5 hari,
gejala yang tampak yaitu adanya stomatitis ulseratif dan pneumonia. Gejala
klinis yang terlihat pada infeksi feline reovirus yaitu adanya infeksi saluran
pernafasan atas ringan. Sedangkan kejadian bronchial pneumonia gejala klinis
yang disebabkan oleh Bordetella bronchoseptica spesifik terjadi pada paru-paru.
Diagnosa penunjang
Diagnosa penunjang
Diagnosa penunjang untuk kasus Chlamydiosis
yaitu tes darah rutin untuk melihat terjadinya leukositosis, roentgen untuk
melihat kejadian pneumonitis, scraping konjungtiva dengan pewarnaan giemsa
untuk melihat badan inklusi intrasitoplasmik dari Chlamydophila felis, kultur
sel dengan melakukan swab dari konjungtiva, serta deteksi antigen yang diambil
dari konjungtiva dengan immunofluorosence assay.
Pencegahan
Vaksinasi dengan vaksin inaktif dan vaksin
aktif yang telah dimodifikasi dapat menurunkan keganasan dan durasi dari
infeksi Chlamydophila felis meskipun tidak dapat mencegah infeksi. Pada daerah
endemik atau beresiko tinggi kucing harus sudah divaksinasi 2x yaitu pada umur
8-10 minggu dan 12-14 minggu, kemudian diulang setiap tahun.
Terapi
Pada kasus infeksi chlamydiosis sistemik
diberikan tetracycline dengan dosis 22 mg/kg bb
3x sehari selama 3-4 minggu. Apabila infeksi lokal di daerah mata maka
cukup diberikan tetes mata yang mengandung tetracycline 3x sehari.
B. SCABIOSIS
PADA HEWAN KECIL
Scabies adalah penyakit menular pada kulit
yang disebabkan oleh tungau, suatu parasit yang sangat kecil yang dinamakan, Sarcoptes scabei. Penyakit ini sering
menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia.
Tungau Notoedres cati, Siklus hidup dan Cara penularan
Scabiesis pada kucing lebih sering
disebabkan notoedres cati, seperti halnya sarcoptes scabiei yang lebih sering
menyerang anjing. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa
dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar.
Tungau scabies
Seluruh siklus hidup tungau ini berada
di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian
bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk
semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina
dapat mencapai panjang beberapa centimeter.
Setelah bertelur beberapa kali, tungau
betina mati. Dalam waktu 3-8 hari telur menetas menjadi larva berkaki enam.
Larva yang telah dewasa berubah menjadi nimfa yang mempunyai delapan kaki.
Nimfa dewasa berganti kulit menjadi tungau dewasa. Dalam saluranyang telah
digali tungau betina tersebut, tungau dewasa melakukan perkawinan dan proses
daur hidup berulang kembali. Satu siklus hidup memerlukan waktu 2-3 minggu.
Scabiesis dapat menyerang kucing pada
semua umur, baik jantan maupun betina. Penularan penyakit kulit ini terjadi
melalui kontak fisik antar kucing atau kontak dengan alat-alat yang tercemar
tungau seperti sisir, kandang, dll.
Tanda & gejala terserang Scabies
Tanda-tanda awal terkena penyakit ini
biasanya berupa rontok dan gatal disekitar telinga. Dipinggiran daun telinga
terlihat ada kerak berwarna putih. Penyakit dapat menyebar dengan cepat ke
daerah sekitar wajah, leher, hidung dan kelopak mata. Kadang-kadang tungau juga
dapat menyebar hingga ke daerah perut dan telapak kaki .
Rasa gatal yang timbul menyebabkan
kucing sering menggaruk-garuk. Infeksi kronis/lama dapat menyebabkan penebalan dan keriput
pada kulit ditutupi oleh kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan. Infeksi yang
parah mengakibatkan luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.
Diagnosa
Penyakit ini sering tertukar dengan
penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur (ringworm). Diagnosa penyakit
biasanya dilakukan dengan cara memeriksa kerokan kulit dibawah mikroskop.
Biasanya dalam kerokan kulit tersebut ditemukan banyak tungau.
Pengobatan
Obat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %. Mandi dan dip sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit sembuh.
Obat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %. Mandi dan dip sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit sembuh.
Cara lain yang sering digunakan adalah
injeksi obat golongan avermectin seperti ivermectin, doramectin atau
selamectin. Suntikan inilah yang sering salah kaprah disebut sebagai suntik
jamur, seperti juga kesalahan diagnosa scabies yang sering salah kaprah disebut
sebagai jamur. Setidaknya diperlukan dua kali suntikan ivermectin dengan selang
waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh total.
Bila dalam satu rumah terdapat
beberapa ekor kucing, Pengobatan yang sama juga harus diakukan terhadap kucing
lain. Karena bila tidak diobati, ada kemungkinan terjadi infeksi ulang dari
kucing lain yang tidak diobati, akibatnya penyakit ini tidak pernah sembuh
secara tuntas.
Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan dengan cara
menghindari kontak dengan kucing liar atau kucing yang telah terkena penyakit
ini. Kucing yang tinggal di dalam rumah biasanya jarang sekali terkena
penyakit ini.
Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming
seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan pada kucing yang terkena penyakit
ini.
Hindari penitipan hewan atau tempat
grooming yang tidak mempunyai sanitasi/kebersihan yang baik. Perhatikan juga
apakah alat-alat grooming di desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain.
Bila salah satu kucing
menunjukan gejala penyakit ini, segera isolasi dan cegah kontak dengan kucing
lain yang masih sehat. Mandikan dengan shampoo khusus atau bawa ke dokter hewan
untuk pengobatan.
A
B C
Gambar (A) Scabies parah pada kucing, (B) Sebelum disuntik ivermectin, dan (C) 2 minggu setelah suntik ivermectin
Komentar
Posting Komentar