Vaksin Aktif dan Inaktif




Tugas PPDH Laboratorium Mikrobiologi
Vaksin Aktif (live vaccine) dan Inaktif (killed vaccine)

Pengertian Vaksin
            Vaksin secara umum merupakan mikroorganisme (bakteri, virus, dan toksin) baik hidup maupun yang telah dimatikan yang bersifat merangsang terbentuknya antibodi. Vaksin diberikan untuk merangsang timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit, kemudian sistem kekebalan tubuh  akan menetralisir agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Vaksin yang baik akan mampu menimbulkan kekebalan yang sempurna, artinya derajat kekebalannya tinggi, berlangsung lama, dan mampu member perlindungan silang terhadap serangan galur jasad renik penyakit yang berbeda.
            Vaksin merupakan produk yang dihasilkan oleh proses hayati, maka kualitasnya sangat dipengaruhi oleh proses produksi dan cara penyimpanan. Kekebalan yang ditimbulkan sangat bergantung dari cara penanganan, seperti penyimpanan, teknik vaksinasi, program vaksinasi, dan petunjuk lain yang harus diterapkan dengan benar.
Adapun faktor yang dapat menyebabkan kualitas vaksin menurun:
1.      Penyimpanan tidak sempurna (tidak pada suhu 2-8°C)
2.      Terkena sinar ultraviolet (sinar matahari secara langsung)
3.      Tercemar bahan-bahan kimia seperti desinfektan, detergent dan lain sebagainya
4.      Pengenceran yang berlebihan sewaktu digunakan
5.      Tercemar logam-logam berat seperti Zn (seng), Pb (timbal), dan Hg (air raksa).

Beberapa faktor yag perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi:
a.       Kondisi ayam
·         Ayam harus sehat
·         Ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stress fisik yang berlebihan
·         Pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi

b.      Jadwal Vaksinasi
·     Mengetahui waktu penyakit biasa menyerang sehingga vaksinasi dilakukan sebelum penyakit tersebut menyerang
·      Jenis vaksin yang akan digunakan
·      Umur ayam yang akan divaksin.

Vaksin aktif (live vaccine)
Vaksin aktif adalah vaksin dengan bahan dasar organisme hidup yang telah dilemahkan tingkat virulensinya. Vaksin aktif akan berusaha memperbanyak diri dalam induk semang, sehingga merangsang sel-sel kebal dalam tubuh menjadi aktif atau tanggap bila ada serangan dari luar tubuh.
Vaksin tersebut mengalami proses pengolahan, pengelompokan dan pemurnian. Dengan vaksin, kekebalan tubuh hewan dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat, yaitu sekitar 3 hari. Umumnya kekebalan yang diperoleh bersifat lokal dengan lama kekebalan sekitar 15 hari. Setelah itu, dilakukan vaksinasi ulang. Contoh strain virus untuk vaksin aktif meliputi strain F, strain B1, Hitchner, La Sota, Bankowski dan Mukteswar.





Contoh vaksin aktif ialah: ND Lasota, ND Clone, Vaksin Gumboro Cevac, IBD Blend, Gumboro A, Vaksibur L, M, D, dan Gumboro MB.
Pemberian vaksin aktif dapat dilakukan dengan cara semprot, tetes (mata, hidung, mulut), air minum dan suntikan. Akan tetapi yang paling banyak digunakan adalah dengan cara tetes mata dan air minum.



Vaksin aktif dibuat dengan pasase berulang-ulang pada telur ayam bertunas (TAB) atau dapat melalui media penumbuh steril lainnya seperti hewan coba dan biakan jaringan. Setelah masuk kedalam tubuh, vaksin harus segera menemukan sel target karena virus hanya dilemahkan. Oleh karena itu, dalam waktu 2 - 4 jam vaksin harus habis terkonsumsi (apabila diberikan melalui air minum) kemudian virus menuju ke organ limfoid untuk menggertak terbentuknya antibodi seperti halnya pada infeksi alam. Kekebalan yang terbentuk lebih cepat tapi tidak bertahan lama, sehingga memerlukan vaksinasi ulangan. Umumnya vaksin berbentuk kering beku sehingga harus dilarutkan dahulu dengan air biasa atau aqua destilata.
Proses pelemahan virus yaitu dengan cara menumbuhkan virus tersebut pada sel inang yang berbeda dari sel inang normal atau dengan cara mengembang-biakkan virus tersebut pada suhu non fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak lebih baik dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi selektif tersebut akan meningkat selama replikasi virus. Jika mutan tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji patogenisitas pada model yang tepat, beberapa tipe mutan dapat memiliki sifat patogen yang lebih rendah dibandingkan induknya. Mutan tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai vaksin karena mereka tidak lagi berkembang dengan baik pada inang alaminya tetapi memiliki kemampuan bereplikasi yang cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi respons imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
Respon imun yang diinduksi oleh vaksin aktif dipengaruhi oleh tipe mikroorganisme, penurunan suhu, jalur penyebaran, lokasi replikasi, umur, dan status imun unggas. Umumnya, vaksin aktif yang digunakan dalam industri perunggasan telah di kurangi (dilemahkan) melalui pengenceran berseri dengan tujuan memelihara respon imun yang diinduksi oleh sel inang melalui pengurangan kemampuan mikroorganisme penyebab penyakit atau imunosupresi. Meskipun banyak digunakan di industri perunggasan, beberapa vaksin aktif juga dapat menyebabkan imunosupresi seperti vaksin aktif Marek Disease Virus (MDV), Infectious Bursal Disease Virus (IBDV), haemorrhagic enteritis virus, and Chicken Infectious Anemia Virus (CIAV).
Proses pembentukan antibodi pada vaksin ini dengan memicu efek kekebalan sekitar 3-4 hari setelah vaksinasi. Antibodi tercipta pada kisaran tersebut. Sifat aktifnya akan mengertak kelenjar harderian untuk segera menciptakan antibodi. Efek gertak yang membangunkan sistem kekebalan tubuh ini yang menjadi kelebihan utama dari vaksin aktif. Sistem kekebalan seperti disadarkan atau dibangunkan bahwa ada benda asing masuk dan harus segera merespon. Antibodi akan merespon pada skala penuh. Termasuk mengingat dan menyimpan tentang agen asing yg pernah dihadapinya.

Adapun sifat vaksin aktif, antara lain:
·         Kekebalan yang dihasilkan sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami
·         Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu masuk antigen dan tidak memerlukan adjuvan.
·         Adanya bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin
·         Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas
·         Diperlukan stabilisator dalam penyimpanan
·         Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan
·         Dapat menimbulkan penyakit
·         Adanya netralisasi dari maternal antibodi saat vaksinasi primer
·         Dapat dirusak oleh berbagai bahan kimiawi, panas, dan suhu yang tidak sesuai
·         Dapat tercemar oleh virus lainnya jika kontrol kualitas tidak ketat.

Vaksin inaktif (killed vaccine)



Vaksin inaktif adalah vaksin dengan bahan dasar organisme yang telah mati biasanya dibuat dari virus virulen yang kemudian diinaktifkan secara fisik maupun dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti formaldehide atau dengan pemanasan, tanpa merusak imunogenitas virus tersebut. Untuk meningkatkan imunogenitas vaksin inaktif biasanya vaksin tersebut ditambah dengan adjuvan. Adjuvant merupakan bahan kimia yang memperlambat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta merangsang pembentukan kekebalan. Adjuvant yang sering dicampurkan ke dalam vaksin antara lain lemak nabati, minyak mineral dan AI (OH)3. Vaksin inaktif biasanya diberikan melalui penyuntikan.
















Daya kerja dari vaksin inaktif ini lebih lambat (paling cepat 2 minggu). Tetapi memiliki kekebalan yang lama (kurang lebih  3 bulan). Kekebalan yang diperoleh umumnya bersifat humoral. Untuk mencapai tingkat kekebalan yang optimal, di daerah rawan penyakit ND biasanya dilakukan vaksinasi kombinasi antara vaksin aktif dan vaksin inaktif secara bersamaan. Vaksin ND pertama dapat dilakukan pada anak ayam umur 4-6 hari.

Contoh vaksin inaktif ialah vakipest inaktif dan medivac inaktif.













Salah satu proses inaktifasi virus yaitu dengan menggunakan bahan-bahan penginaktif seperti formalin, beta propiolakton, asetilkimin (AEI) dan etilenimin (EEI) atau ekstraksi dari partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti Triton X-100. Vaksin ini tergantung dari jumlah partikel antigen yang dimasukkan sebagai satu dosis yang dapat merangsang pembentukan Antibodi. Ada vaksin yang mengandung hanya bagian-bagian dari agen infeksius atau agen yang telah mengalami modifikasi genetik, bahkan mengandung hanya bahan sintetis saja.
            Vaksin ini tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak di dalam tubuh hewan yang divaksinasi, tetapi mampu merangsang pembentukan antibodi. Vaksin inaktif yang baik harus memberikan proteksi terhadap lebih dari 95% hewan dalam suatu percobaan atau tidak lebih dari 5% hewan yang terinfeksi atau sakit.
Adapun sifat vaksin inaktif yaitu:
·         Vaksin dianggap lebih aman daripada vaksin aktif
·         Vaksin tidak dapat bereplikasi dalam tubuh hospes dan bersifat non infeksius
·         Perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin
·         Tanggap kebal tubuh lama terbentuk, tetapi memiliki kekebalan yang lebih lama
·         Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.
·         Rangsangan imunitas seluler dan mukosa kurang


Contoh berbagai vaksin aktif dan inaktif:














 



















DAFTAR PUSTAKA
Adnan, K. 2015. Mengapa Vaksin ND aktif dan Inaktif Dilakukan secara Bersamaan.
Fadilah,  R. 2015.  Panduan  Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Edisi revisi.
Jakarta, Agromedia.
Fenner, F.J., E.P. Gibbs.,F. A. Murphy., R. Rott., M. J. Studert., dan D. O. White. 1993.
Detection of Serum Antibody Levels Against Newcastle Disease in Broiler Chickens. London, John Hopkins University. pp: 84-90.
Hartati, Y.  2005. Respon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan
            Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging).
            Skripsi. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo, B.A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta, Kanisius.
Parede, L. Lokakarya  Nasional  Inovasi Teknologi  Pengembangan Ayam Lokal. Strategi
Pengembangan Vaksin Lokal dalam Mengendalikan dan Mencegah Penyakit pada Ayam Lokal. Bogor, Balai Penelitian Veteriner.
Ramadhani, F. 2011. Vaksin Aktif dan Inaktif. http://blog.ub.ac.id/elrama/2011/12/24/vaksin-
            aktif-dan-inaktif/. Diakses pada 19 Januari 2017.
Santoso, H. dan Sudaryani, T. 2015. Panduan Praktis Pembesaran Ayam Pedaging. Jakarta,
            Penebar Swadaya.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distokia pada Sapi

Mycoplasma