Imunitas Bawaan dan Dapatan

IMUNITAS BAWAAN DAN IMUNITAS DAPATAN

Dari berbagai penyebab kematian seperti cedera, infeksi, penyakit degeneratif, dan kanker, hanya dua penyebab utama yang biasanya menimbulkan kematian penderita sebelum usia produktif, yang berarti berpotensi menghilangkan gen. oleh karena itu, tiap mekanisme yang mengurangi dampak tersebut sangat berharga dalam mempertahankan hidup, dan kita dapat melihat proses ini secara berurutan, yaitu pemulihan dan imunitas.
Imunitas membahas tentang pengenalan dan pembuangan benda asing atau “non-self” yang masuk kedalam tubuh dan biasanya dalam bentuk mikroorganisme infeksius yang mengancam nyawa, namun terkadang, sayangnya, dalam bentuk transplantasi ginjal yang menyelamatkan nyawa. Resistensi terhadap infeksi dapat berupa bawaan (merupakan bawaan sejak lahir dan tidak berubah) atau didapat sebagai akibat respon imun adaptif
Tubuh kita dapat menolak atau mencegah suatu penyakit. Hal ini terjadi dikarenakan tubuh memiliki suatu system pertahanan tubuh atau system imun. System imun merupakan suatu sistem kompleks yang memberikan respon imun untuk menghadapi agen asing spesifik seperti bakteri, virus, toksin, atau zat lain yang dianggap tubuh bukan merupakan bagian dari diri. System imun bertugas dalam menjaga kekebalan tubuh, seperti:
1.      Penangkal benda asing yang masuk kedalam tubuh
2.      Menjaga keseimbangan tubuh
3.      Mendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau ganas serta menghancurkannya
Dalam menjalankan tugasnya, system imun berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya yang membutuhkan kerja sama antar komponennya. Respon yang ditimbulkan system imun juga tidak dalam sekejap, tetapi membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk tubuh agar dapat mengenali serangan pathogen.
Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh system imun adalah:
1.      Mempertahankan tubuh dari pathogen
2.      Sebagai reaksi terhadap alergi (sepert debu, bulu hewan, atau udara dingin)
3.      Mengidentifikasi sel abnormal yang ada dalam tubuh manusia
4.      Sebagai upaya penolakan sel-sel asing (yang berhubungan dengan transplantasi organ tubuh).

Klasifikasi Sistem Imun
A.    Resistensi bawaan
Organisme yang masuk kedalam tubuh seringkali dilenyapkan dalam waktu beberapa menit atau jam oleh mekanisme bawaan lahir ang sudah ada, sedangkan organism lain dapat menghindari mekanisme tersebut dan bertahan hidup, dan juga menimbulkan penyakit kecuali bila dilenyapkan oleh imunitas adaptif. Mekanisme ini telah berkembang untuk membuang pathogen (misalnya bakteri, virus) yang dapat menimbulkan penyakit jika tidak dihentikan. Mikroorganisme yang tidak berbahaya biasanya diabaikan oleh system imun bawaan juga berperan penting dalam mengawali respon imun adaptif.
B.      Respons imun adaptif
Perkembangan atau peningkatan mekanisme pertahanan sebagai respons terhadap stimulus (spesifik) tertentu, misalnya organism infeksius. Respons ini dapat mengeliminasi mikroorganisme dan memulihkan tubuh dari penyakit dan sering kali memberikan pejamu suatu memori spesifik, sehingga mampu merespons lebih efektif pada infeksi berulang dengan mikroorganisme yang sama, kondisi ini disebut sebagai resistensi didapat. Karena tubuh tidak dapat mengetahui sebelumnya mikroorganisme mana yang berbahaya atau tidak, seluruh benda asing biasanya direspons seperti benda berbahaya, termasuk serbuk sari yang relatif tidak berbahaya, dll.
Seperti halnya resistensi terhadap penyakit yang dapat berupa bawaan (sejak lahir) atau didapat, mekanisme yang memperantarainya terbagi menjadi bawaan dan adaptif, yang terbentuk setelah mekanisme bawaan, dan melakukan banyak fungsi melalui interaksi dengan mekanisme bawaan yang lebih dahulu ada.

1.      Imunitas Bawaan
Imunitas bawaan diaktivasi saat sel menggunakan serangkaian reseptor terspesialisasi untuk mengenali berbagai jenis mikroorganisme (bakteri, virus, dll) yang dapat masuk ke pejamu. Ikatan dengan reseptor tersebut mengaktivasi sejumlah kecil mekanisme dasar pembuangan mikroba, seperti fagositosis bakteri oleh makrofag dan neutrofil, atau pelepasan interferon antivirus. Sejumlah besar mekanisme yang terlibat dalam imunitas bawaan memiliki banyak kesamaan dengan mekanisme yang memunculkan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jaringan, dengan menimbulkan inflamasi. Namun, karena sifat alami respons imun bawaan bergantung kepada jenis infeksi.
Interferon. Kelompok protein yang diproduksi dengan cepat oleh sejumlah besar sel sebagai respons terhadap infeksi virus, yang menghambat replikasi virus dalam sel yang terinfeksi dan disekitarnya. Interferon juga berperan penting dalam komunikasi antara sel imun.
Komplemen. Sekumpulan protein yang ada dalam serum, yang jika teraktivasi akan menimbulkan efek inflamasi yang meluas, disertai juga dengan lisis bakteri, dsb. Beberapa bakteri mengaktivasi komplemen secara langsung, sedangkan bakteri lain dapat melakukan hal ii dengan bantuan antibody.
MAC. Makrofag, suatu sel jaringan besar yang berperan membuang jaringan yang rusak, sel bakteri, dll. Baik PMN maupun makrofag berasal dari sumsum tulang dan karena itu disebut sel myeloid.
Dendrit cell. Sel dendrit menyajikan antigen ke sel T, sehingga mengawali seluruh respons imun yang tergantung sel T.
Sel NK (Natural Killer). Sel mirip limfosit yang mampu membunuh beberapa target, khususnya sel yang terinfeksi virus dan sel tumor, tetapi tanpa reseptor atau karakteristik spesifik dari limfosit sejati.
Sel mast. Sel jaringan besar yang melepaskan mediator inflamasi saat rusak, dan juga dalam pengaruh antibodi. Dengan meningkatkan permeabilitas vascular, inflamasi memungkinkan komplemen dan sel masuk ke dalam jaringan dari darah.
Fagositosis (makan sel). Proses ditelannya partikel oleh sel. Makrofag dan PMN (dulu disebut mikrofag) merupakan sel fagosit terpenting. Mayoritas benda asing yang masuk kedalam jaringan dihilangkan seluruhnya melalui mekanisme ini.

2.      Imunitas Adaptif
Imunitas adaptif berdasarkan sifat khusus limfosit (T dan B) yang dapat merespons secara selektif terhadap ribuan benda asing atau antigen yang berbeda, menyebabkan terbentuknya memori spesifik dan perubahan menetap dari pola respons, suatu adaptasi hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Mekanisme adaptif dapat berfungsi dengan sendirinya melawan antigen tertentu, namun sebagian besar efeknya muncul dengan cara interaksi antibody dengan komplemen dan sel fagosit dari imunitas bawaan, dan sel T dengan makrofag. Melalui aktivasi mekanisme bawaan ini, respons adaptif sering kali menimbulkan inflamasi, baik akut maupun kronis; jika hal ini mengganngu maka disebut hipersensitivitas.
Antigen secara tepat, merupakan zat yang dapat menstimulasi produksi antibody. Namun, istilah ini digunakan untuk zat yang menstimulasi setiap jenis respons imun adaptif. Biasanya, antigen adalah suatu benda asing (non-self) dan suatu partikulat (ex. Sel, bakteri) ataupun molekul protein besar atau polisakarida.
Antibodi adalah fraksi utama dari protein serum, yang sering disebut immunoglobulin. Antibody dapat berikatan dengan dan menetralisasi toksin bakteri dan beberapa virus secara langsung, tetapi antibody juga bekerja dengan cara opsonisasi dan mengaktivasi komplemen pada permukaan pathogen yang menyerang.
Limfosit merupakan sel kecil yang ditemukan dalam darah, dimana sel tersebut bersirkulasi ke jaringan dan kembali melalui limfe, berpatroli di seluruh tubuh untuk mencari benda asing. Limfosit mampu untuk mengenali masing-masing antigen melalui reseptor permukaan khusus dan membelah diri menjadi sejumlah sel dengan spesifitas yang identik dan masa hidup yang menjadikan limfosit sel ideal yang untuk respons yang adaptif. Dua populasi besar telah diketahui: limfosit T dan B.
Limfosit B yang menghasilkan antibody, merupakan elemen humoral imunitas adaptif.
Limfosit T (berasal dari timus) yang terbagi menjadi subpopulasi yang membantu limfosit B membunuh sel yang terinfeksi virus, mengaktivas makrofag dan memacu inflamasi.
           
Interaksi antara imunitas bawaan dan adaptif
Opsonisasi. Fenomena timbulnya ikatan antibody di permukaan bakteri, virus, atau parasit lain, dan meningkatnya perlekatan dan fagositosis. Antibody juga mengaktivasi komplemen pada permukaan pathogen yang menyerang, sehingga imunitas adaptif memanfaatkan imunitas bawaan untuk menghancurkan banyak mikroorganisme.
Komplemen. Komplemen sering teraktivasi oleh ikatan antibody pada permukaan mikroba. Namun, ikatan komplemen pada antigen juga lebih meningkatkan kemampuannya untuk mengaktivasi respons sel B yang kuat dan tahan lama, seperti contoh “interaksi terbalik” antara mekanisme adaptif dan bawaan.
Penyajian antigen ke sel T dan B oleh sel dendrite diperlukan pada sebagian besar respons adaptif; penyajian oleh sel dendrite biasanya memerlukan aktivasi sel-sel ini dengan cara kontak dengan komponen mikroba (misalnya dinding sel bakteri), suatu contoh lain dari “interaksi terbalik” antara mekanisme imun adaptif dan mekanisme bawaan.
Bantuan oleh sel T diperlukan dalam berbagai cabang, baik dalam imunitas adaptif maupun bawaan. Bantuan sel T diperlukan untuk sekresi sebagian besar antibody oleh sel B, untuk mengaktivasi makrofag untuk membunuh pathogen intraseluler dan untuk respons sel T sitotoksik yang efektif.

TABEL KOMPONEN IMUNITAS

Imunitas Bawaan
Imunitas Adaptif
Respon nonspesifik
didapat sejak lahir
tidak punya sistem memory
komponen imun:
humoral: komplemen, inflamasi
seluler: makrofag, sel dendrit,
respon nonspesifik
didapat setelah lahir
mempunyai sistem memory
komponen imun:
humoral: Sel B
seluler: sel T

Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul self adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem imun. Sebaliknya, molekul non-self adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu kelas dari molekul non-self disebut antigen (kependekan dari generator antibodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan respon imun.






DAFTAR PUSTAKA


Bratawidjaja, K.G. 2009. Imunologi Dasar. Edisi Ke-8. Fakultas Kedokteran Universitas
            Indonesia, Jakarta.
James, J., Baker, C., and Swain, H. 2002. Principle of Science for Nurses. Blackwell Science,
            Oxford.

Playfair, J.H.I. and Chain, B.M. 2012. At a Glance Immunologi. Edisi Ke-9. Erlangga, Jakarta. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distokia pada Sapi

Mycoplasma