Respons Imun Humoral

RESPONS IMUN HUMORAL


Sistem Imun
Sistem imun terdiri dari pertahanan-pertahanan yang bekerja secara sangat spesifik. Gelanggang pertarungan anatomis bagi system pertahanan itu mencakup pembuluh-pembuluh limfe dan nodus limfe berspons, sel-sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus.  Respons imun hampir seluruhnya diperantarai oleh dua jenis limfosit; limfosit B dan limfosit T. kedua jenis sel tersebut berasal dari sel-sel limfositik di sumsum tulang; sel-sel itu diproses (limfosit T di timus dan limfosit B di sumsum tulang atau bone marrow) dan pada akhirnya menetap dalam jaringan-jaringan limfoid tubuh. Saat terjadi respons imun terhadap agen-agen asing, limfosit Bb terutama terlibat dalam pembentukan protein-protein globular yang disebut antibodi dan proses tersebut dinamakan respons humoral.

Respons Imun Humoral
Di lain pihak, B-cells berubah menjadi sel-sel plasma yang memprodusir antibodies yang juga dinamakan immunoglobulin (Ig). Senyawa-senyawa ini terutama terdapat dalam serum darah atau di atas permukaan membrane mukosa (macus membranes) serta khusus diarahkan terhadap sesuatu antigen tertentu. Inilah yang dinamakan imunitas humoral.
Bagian sistem ini mengacu pada immunoglobulian atau antibody. Molekul immunoglobulin merupakan protein yang dibentuk oleh rantai berat (BM: 55.000 atau 70.000 dalton) dan rantai ringan (24.000 dalton). Struktur dasar suatu molekul immunoglobulin terdiri dari dua rantai ringan ditambah dua rantai berat. Rantai ringan dihubungkan dengan rantai berat melalui ikatan disulfida (S-S) antara residu sistein pada kerangka asam amino pada masing-masing rantai.kedua rantai berat juga dihubungkan melalui iktan disulfida. Struktur monomer ini mempunyai ukuran molekul sekitar 160.000 dalton. Selain itu, antibody atau immunoglobulin mempunyai sebuah daerah variabel, sehingga menyebabkan adanya kespesifikan yang diperlukan agar antibody dapat cocok dengan lebih dari sejuta macam antigen yang ditemuinya dalam hidup seseorang baik pada rantai ringan maupun berat.
Gen untuk rantai berat mempunyai hampir 100 daerah variabel (V) yang hanya akan dipilih pada akhir pengaturan ulang. Juga ada 15 sampai 20 daerah yang mengode diversity (D) dan 6 daerah pertemuan (joining) (J)). Gen tersebut juga mengandung 9 daerah konstan untuk mu, delta, gama3, gama1, alfa1, gama2, gama4, epsilon, dan alfa2.
Tahap awal pada pengaturan ulang gen rantai berat terdiri dari pelepasan kelebihan daerah J (V-D-J) rearrangement). Jika produk gen yang menghasilkan tidak dapat dibuat (mis. karena terlalu cepat bertemu dengan kodon terminasi), alel pada kromosom 14 yang lain mempunyai kesempatan untuk mengatur ulang.
Gen untuk rantai ringan immunoglobulin mirip dengan gen rantai berat kecuali ketiadaan daerah di versitas. Selain itu, proses pengaturan ulang gen rantai berat berhasil, setiap gen kappa, dan setiap gen rantai lambda mempunyai kesempatan untuk mengatur ulang sampai satu gen rantai ringan berhasil diatur ulang.
Setiap antibodi memiliki dua situs pengikatan bagi antigen- kedua lekukan yang dibentuk akibat asosiasi rantai-rantai berat dengan rantai-rantai ringan. Sebuah antigen, terutama jika bersifat kompleks, mampu bereaksi degan antibody di awal untuk menghasilkan proliferasi limfosit, harus berupa molekul-molekul besar.
Immunoglobulin ditentukan oleh tipe rantai beratnya.. Kelompok immunoglobulin yang paling sering ditemukan adalah globulin gamma (IgG) yang mempunyai rantai berat gama. IgM adalah kelompok antibody pertama yang ditemukan ketika terjadi serangan infeksi, namun kelompok antibody tersebut memiliki laju pergiliran yang tinggi dan tidak bertahan lama dalam kadar yang tinggi. Dan mempunyai rantai berau mu.  Air mata, air ludah dan bahkan susu mengandung IgA, kelompok antibody ketiga yang fungsinya adalah menjaga tingkat pertumbuhan bakteri yang rendah dalam struktur-struktur yang menangani sekresi-sekresi tersebut.  IgA memiliki rantai berat alfa. IgD mempunyai rantai berat delta yang cenderung berasosiasi dengan limfosit B, tetapi fungsinya saat ini belum diketahui. IgE cenderung mendorong pelepasan histamine oleh sel-sel mast saat antibody itu berikatan dengan antigennya. IgE juga telah  diasosiasikan dengan perlawanan tubuh terhadap parasit-parasit dan dengan reaksi-reaksi alergi dan mempunyai rantai berat epsilon.

Respons imunologis terhadap infeksi atau antigen asing lain khasnya poliklonal, sedangkan proliferasi ganas sel limfoid khasnya monoclonal. Pada beberapa keadaan klinis, tidak selalu mungkin untuk memastikan suatu proliferasi limfoid dengan pengkajian ekspresi protein rantai ringan  (misalnya, akibat campuran sel poliklonal normal dengan sel tumormonoklonal).



Gambar. Struktur molekuler immunoglobulin, terdiri dari dua rantai berat (H) dan dua rantai ringan (L) yang terhubung melalui ikatan disulfide (-S-S). Tiap rantai mempunyai daerah variabel (V) dan kostan (C). daerah Fab immunoglobulin berikatan dengan antigen spesifik; daerah Fc berikatan dengan komplemen. Struktur ini adalah unit dasar immunoglobulin. IgG terdiri dari satu unit ini, sedangkan IgM adalah pentamer yang terdiri dari lima unit ini (10 rantai berat dan 10 rantai ringan) yang dihubungkan dengan rantai penghubung (joining chain) di daerah Fc-nya. IgA sekretoris merupakan dimer dari dua unit dengan sebuah rantai penghubung ditambah peptide lain yang disebut “secretory piece”.
Antibodi adalah senjata utama respons humoral. Antibody dapat menyerang suatu organisme atau molekul antigenik secara langsung, atau dapat juga mengaktivasi sistem-sistem terkait, yang akan menyerang penyerbu itu.
Salah satu  mode serangan langsung adalah aglutinasi, yang melibatkan penggumpalan antigen menjadi kompleks antigen-antibodi. Karena setiap antibody memiliki dua situs pengikatan, antibody dapat memegang dua organism antigenic (misalnya bakteri); sedangkan kebanyakn agen antigenic memiliki situs antigenic yang lebih dari satu, sehingga agen-agen itu berikatan dengan lebih dari satu antibody. Hasilnya adalah sebuah jaringan antibody dan antigenic yang saling berhubungan. Kompleks-kompleks tersebut mengurangi mobilitas agen-agen-agen infasiv itu, dan membuat agen-agen tersebut lebih rentan terhadap fagositosis, suatu proses penelanan dan pencernaan agen-agen itu oleh leukosit.
Respons imun yang khas dimulai dengan peningkatan antibody IgM terhadap antigen yang menstimulasi (imunogen). Fase ini diikuti dengan produksi antibody IgG terhadap antigen tersebut. Stimulasi berulang dengan antigen tersebut mengakibatkan produksi antibody IgG yang lebih besar, tetapi dengan waktu keterlambatan yang lebih pendek setelah stimulasi antigenic yang berhasil. Kemampuan system imun untuk mengingat dan berespons dengan lebih efisien terhadap suatu antigen disebut respons anamnestik.




Daftar Pustaka

Fried, G.H. dan Hademenos, G.J. 2006. Schaum’s Outlines BIOLOGI. Edisi kedua. Erlangga,
 Jakarta.
Sacher, R.A. dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
 Edisi 11. Penerbit Buku Kkedokteran EGC, Jakarta.
Tjay, T.H and Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek

 Sampingnya. Edisi Keenam. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distokia pada Sapi

Mycoplasma